PT DEF (DEF) adalah sebuah perusahaan produsen peralatan elektronik rumah tangga, seperti televisi, mesin cuci, dan oven microwave, telah beroperasi selama beberapa dekade dan memiliki sejarah panjang dalam industri tersebut.
Ketika industri elektronik mengalami perubahan dramatis dengan munculnya teknologi baru dan pasar global menjadi semakin kompetitif, DEF terlalu percaya diri dengan posisinya yang kuat di pasar dan gagal untuk melihat perubahan tren dan terus memproduksi produk-produk yang sudah ketinggalan zaman.
Pada tahun 2010, DEF tetap menggunakan teknologi produksi lama yang tidak lagi efisien dan tidak mendengarkan saran dari karyawan yang memiliki ide-ide inovatif.
Seiring waktu, produk-produk DEF menjadi kurang diminati oleh konsumen yang mencari teknologi terbaru.
Pada tahun 2015, DEF menghadapi krisis finansial, karena mengabaikan manajemen keuangan yang bijaksana dan memiliki banyak hutang.
Ketika permintaan terus menurun dan persaingan semakin ketat, DEF hampir bangkrut dan terpaksa memotong gaji karyawan, mengurangi produksi, dan bahkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Dalam situasi seperti ini manajemen DEF masih enggan untuk mengubah pola pikirnya dan menyalahkan faktor eksternal, seperti persaingan yang tidak adil, tanpa mempertimbangkan bahwa ketidakmampuan untuk beradaptasi adalah akar masalahnya. Budaya organisasi yang kaku menghambat karyawan untuk berbicara atau mengusulkan perubahan.
Hingga tahun 2020, DEF terjebak dalam situasi yang semakin memburuk. Pandemi Covid - 19 menghantam industri elektronik dengan keras, dan DEF tidak memiliki rencana darurat atau fleksibilitas dalam rantai pasokan mereka. Akibatnya, mereka harus menutup pabrik sementara dan banyak karyawan di-PHK.
Kisah ilustrasi tentang DEF, merupakan gambaran sebuah perusahaan yang tidak siap dalam menghadapi perubahan yang terjadi, atau dengan kata lain DEF memiliki Organizational Resilience yang rendah.
Resilience adalah kemampuan dalam mengatasi, melalui, dan kembali kepada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan. Berasal dari Bahasa Latin “Re-silere”, yang memiliki makna bangkit kembali dan dalam Bahasa Indonesia sering disebut dengan “Ketahanan” atau “Ketangguhan”.
Resilience di dalam organisasi atau disebut dengan Organizational Resilience, akan meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dan berkembang seiring perkembangan pasar global, meresponi guncangan jangka pendek, seperti bencana alam atau perubahan signifikan dalam dinamika pasar, serta membentuk dirinya dalam meresponi tantangan jangka panjang, termasuk kemampuan untuk mencapai keberhasilan dari kesulitan.
Organizational Resilience merupakan hal utama bagi organisasi untuk mempertahankan eksistensinya dan mengembangkan usahanya.
Marilah kita terus meningkatkan Organizational Resilience untuk mewujudkan visi dan misi organisasi di mana pun kita berada.
Sukses selalu buat Anda dan tim!
15 September 2023
Cakrajono Lawoto – Director of Learning & Development @Sarel Sentra Inspira