Dalam sehari, berapa jam Anda online dan menghabiskan waktu untuk bersosial media? Pernahkah Anda memikirkannya? Nyatanya, data yang dirilis oleh Empathic Marketing tahun 2016 menyebutkan jika penduduk Indonesia terkenal sebagai penggila internet. Data tersebut diperkuat oleh riset Hootsuite tahun 2019 yang menyebutkan bahwa orang Indonesia menghabiskan waktu rata – rata sebanyak 8 jam 36 menit untuk berselancar di dunia maya.
Lebih jauh lagi, Unesco menyebutkan bahwa 4 dari 10 orang Indonesia aktif bersosial media. Youtube dan Whatsapp merupakan aplikasi terpopuler dengan persentase mencapai 88% dan 84%. Sayangnya, hasil pantauan dari Kominfo menyimpulkan hanya 10% yang memproduksi informasi, sedangkan 90% sisanya sekedar ikut menyebarluaskannya.
Sayangnya, kebiasaan ini juga dibawa hingga ke tempat kerja. Hasil penelitian tahun 2016 dari Teamlease World of Work Report menyatakan jika rata–rata 2.35 jam digunakan oleh karyawan untuk mengakses media sosial selama jam kantor. Awalnya memang hanya untuk melihat notifikasi, namun biasanya bablas (kelewat batas). Dan tak terasa, sekian jam pun melayang, sementara tugas dan deadline kerja masih menanti.
Mengapa demikian? Konon, menurut Harvard University, like, love, comment, dan berbagai newsfeed di social media dapat mengaktifkan hormon dopamin atau hormon kebahagiaan. Jika sudah demikian, otak akan menstimulus lagi, lagi, dan lagi. Inilah yang memicu adiksi (ketergantungan) untuk terus menerus online dan scrolling.
Seperti hukum alam, segala sesuatu yang kadarnya terlalu banyak itu buruk. Pun dengan penggunaan media sosial yang berlebihan berdampak pada kesehatan mental. Diantaranya, depresi, kesepian, rendah diri, dan berkurangnya tingkat produktivitas kerja.
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian dari University of Pennsylvania menyimpulkan jika penggunaan media sosial dibatasi menjadi 30 menit per hari membawa dampak yang signifikan dalam pengembangan kreativitas dan kesehatan jiwa. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu untuk memperhatikan setiap update di media sosial yang membuat kita iri dan secara tidak sadar membandingkan dengan real life saat ini.
Media sosial adalah alat, sama halnya dengan pisau. Apakah pisau itu akan berbahaya atau tidak, tergantung pada bagaimana kita mengaturnya. Kerahkan segala usaha untuk mengendalikan tangan Anda dari godaan media sosial. Jangan sebaliknya.
Sukses selalu buat Anda dan tim!
18 September 2020
Benny Sudjono - Learning Support Supervisor
Link to our Services
Link to our Public Seminars
or Contact us:
Email: sarel@sarel.co.id
Phone: (021) 4517458/ 458509571
Mobile: 0878-7722-4521
Website: www.sarel.co.id